RSS

Poligami

06 Jul

Enak nggak sih berpoligami itu? Ssst, membacanya jangan keras-keras. Bisa-bisa ketahuan nanti oleh pasangan hidup Bapak/Ibu. Tapi bagi yang sudah berpoligami boleh deh mesem-mesem.

Seperti saya, tahun ini rencananya akan berpoligami. Bila selama ini rumahnya hanya satu, setelah ini ada rumah istri yang baru. Jadi ya punya dua rumah.

Berbicara tentang poligami memang tak ada habis-habisnya. Pro dan kontra selalu menyertai. Namun agaknya, dari pihak ibu-ibu lebih banyak yang menolak mentah-mentah saat suaminya menyatakan keinginannya untuk poligami. Sedangkan dari pihak suami, aha, sepertinya sangat jarang atau mungkin nggak pernah kita dengan ada istri yang minta bersuamikan dua orang. Kalau ada, apa kata dunia.

Untuk bisa berpoligami, saya memang minta restu dulu. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya pun mendapat restu.

Begitu mudahkah? Ya tidak juga. Butuh berbagai proses, termasuk saat saya harus minta izin pada istri yang baru. Memohon berbagai kemudahan. Tidak mudah juga ternyata beristri dua.

Ups, sudah ah. Ngelantur saja pikirannya. Begini-begini saya masih setia sama pasangan. Istri saya ya cukup satu. Nggak perlulah dua, tiga, apalagi empat. Semoga saja langgeng hingga ajal memisahkan.

Namun untuk hal lain, memang saya melakukan poligami. Maksudnya, tahun ini, tepatnya mulai tahun pelajaran 2011/2012 ini saya rencananya akan mengajar di 2 sekolah. Hal ini disebabkan oleh tuntutan beban kerja guru. PP 74/2008 tentang beban kerja guru minimal 24 jam per minggu mengakibatkan saya harus mencari sekolah lain untuk mencukupinya. Masalahnya, di tempat saya biasa mengajar, yakni di SMP 2 Talun, guru Bahasa Indonesianya ada 2 orang. Jumlah rombongan kelasnya ada 9 kelas. Setiap kelas untuk Bahasa Indonesia ada 4 jam perminggu. Dengan demikian bila dikalikan 9 kelas dengan 4 jam, maka hanya ada 36 jam. Bila 36 jam dibagi untuk 2 guru berarti seorang guru hanya mendapat jam mengajar 18 jam per minggu, tidak 24 jam sebagaimana PP 74/2008.

Mengatasi hal tersebut, untuk Bahasa Indonesia di SMP 2 Talun di buat 5 jam per minggu. Dengan 9 ruang dikalikan 5 jam, tersedia 45 jam. Teman saya diberi 25 jam, sedangkan saya 20 jam. Kekurangan jam inilah yang menyebabkan saya mencari sekolah lain. Saya berpoligami.

Tentu saja saat mencari sekolah baru ada hal yang harus saya perhitungkan. Apalagi kalau bukan jarak rumah ke tempat kerja. Harapan saya, dengan jarak tempuh yang lebih dekat, hal ini bisa berdampak pada kebugaran saat melakukan pekerjaan. Setelah menghubungi beberapa kepala sekolah, pilihan saya jatuh ke SMP 1 Sragi.

SMP 1 Sragi jaraknya sekitar 7 km dari rumah, jauh lebih dekat dibandingkan dengan SMP 2 Talun yang berjarak sekitar 40 km. Di samping itu jelas ada beberapa perbedaan yang akan saya temui nanti, misalnya input siswa, suasana kerja, dan sebagainya.

SMP 1 Sragi termasuk sekolah dengan kategori SSN (Sekolah Standar Nasional). Tahun Pelajaran 2010/2011 ini SMP 1 Sragi menduduki peringkat pertama hasil Ujian Nasional di Kabupaten Pekalongan. Nggak heran bila pendaftar baru ke sekolah ini termasuk tertinggi.

Semoga saja di tempat baru saya bisa menyesuaikan dan bisa berbuat sesuatu yang bersifat positif tentunya. Doain ya…

 
25 Komentar

Ditulis oleh pada 6 Juli 2011 inci Diari, Pendidkan

 

Tag: , ,

25 responses to “Poligami

  1. Ikkyu_san

    6 Juli 2011 at 05:51

    wah susah juga kalau harus memenuhi target 28 jam itu ya? Berarti harus mencari sendiri tambahan jamnya? 😦
    Lalu apa di SMP1 itu sudah ada guru bahasa Indonesia atau belum?
    Kalau poligami yang ini sih saya setuju sekali 😀

    (Ssst Uda, saya juga sudah poliandri sejak lama)

    EM

     
    • Zulmasri

      6 Juli 2011 at 09:53

      bukan 28 jam mbak imel, tapi 24 jam. Di SMP 1 Sragi guru Bahasa Indonesianya juga sudah ada. Hanya saja jumlah kelasnya ada 24 ditambah lagi adanya kelas untuuk SMP Terbuka. Poliandri? Hi hi, saya percaya.

       
  2. Asop

    6 Juli 2011 at 08:24

    Poligami… artinya punya istri lebih dari satu… kalo setiap istri punya dua anak… anak ada banyak. Biaya sekolah jaman sekarang mahaaaaal sekali! 😯
    Bisa keok kalo poligami tanpa harta…. 😆

     
    • Zulmasri

      6 Juli 2011 at 09:55

      wah, kalau poligami yang itu jelas mas. Butuh banyak hal. Mudah-mudahan saya nggak deh.

       
  3. Irfan Handi

    6 Juli 2011 at 11:10

    Waduh mas, kirain beneran berpoligami. he.he . . .
    Saya do’ain biar lancar2 aja. Sukses.

     
  4. DV

    6 Juli 2011 at 14:22

    Fiuh… kupikir beneran poligami… ngga papa sih sebenernya asal bisa adil beneran 🙂
    Btw, selamat berpoligami dalam hal mengajar di dua sekolah.. semoga dengan semakin banyak siswa yang diajar, semakin maju juga pendidikan Indonesia meski dalam frame personal Anda sendiri dulu…

     
    • Zulmasri

      6 Juli 2011 at 14:39

      Ah, kalau poligami benerannya ya mas DV dulu aja. Kalau saya cukuplah poligami sekolahan saja.

       
  5. Yusna

    6 Juli 2011 at 19:11

    Alhamdulillah………kirain poligami apaan da, takajuik mambaco judul tu da. Ya smg poligami ngajarnya tak lama ya dan smg ngajarnya hanya di Smp 1 Sragi aja biar dekat dan smg ditempat br ini uda disegani dan disenangi semua orang yah

     
  6. Anonim

    7 Juli 2011 at 12:16

    ah ci abi bikin aku deg degan aja lihat judulnya aja perasaan dah tak karuan….tapi gak boleh ya…………

     
  7. umi

    7 Juli 2011 at 12:28

    abi kirain poligami apaan perasaan ndak pernah ngomong ….jadi takut en deg2an kalo poligami ngajarnya aku dukung 100% deh.

     
    • Zulmasri

      8 Juli 2011 at 05:44

      Tenang dan berdoa saja, insya Allah bisa langgeng hingga ajal memisahkan

       
  8. inotwp

    7 Juli 2011 at 18:13

    wahaha..hampir sajasaya trlena dg cerita Poligami-nya pak,

     
    • Zulmasri

      8 Juli 2011 at 05:46

      Yang penting tidak diaplikasikan poligami yang sebenarnya, selagi kita bisa menghargai wanita yang kita cintai.

       
      • inotwp

        8 Juli 2011 at 08:48

        setuju bgt pak,
        semoga sya bisa trz mnjaga hati ini untuk calon is3 nanti

         
  9. vizon

    8 Juli 2011 at 08:59

    Kalau Beban Kerja Dosen 12 SKS, terdiri dari 9 sks mengajar dan sisanya penelitian, bimbingan dan pengabdian masyarakat. Saya malah kebanyakan mata kuliah, karena jumlah kelas yang banyak dan dosen spesialis di bidang saya hanya sedikit, perbandingannya sangat tidak imbang dengan jumlah mahasiswa. Belum lagi memayungi dosen baru, sehingga kalau dijumlahkan semuanya, semester ini saya memiliki 28 sks. Maka, boro-boro mau “poligami”, monogami aja udah kerepotan, hahaha… (lho… kok jadi curhat) 😀

     
    • Zulmasri

      8 Juli 2011 at 19:21

      Yang penting penghargaannya sebanding da Vizon. He he…

       
  10. edratna

    9 Juli 2011 at 10:50

    Wahh…lha kalau harus memenuhi target dan harus mengajar di tempat lain yang jaraknya jauh, kan hanya capek di badan. Seharusnya dibedakan untuk yang bekerja di daerah terpencil, atau di kota, atau yang infrastrukturnya telah baik.

     
    • Zulmasri

      9 Juli 2011 at 12:57

      Idealnya begitu Bu. Tapi inilah kenyataan yang banyak dialami tenaga kependidikan di negeri ini

       
  11. Apriyanti

    17 Juli 2011 at 13:53

    salam kenal Pak Zul… kirain beneran poligami, titip anak saya pak, namanya eva nabila zulfaniar … kls VIII.1 di SMP 1 Sragi …

     
    • Zulmasri

      18 Juli 2011 at 04:54

      Salam balik Bu. Senang bisa kenal njenengan. Salam hormat saya buat Kepala SMA 1 Sragi, Pak Rustanto. Saat ini saya mendampingi siswa kelas IX di SMP 1 Sragi, Bu

       
  12. Apriyanti

    17 Agustus 2011 at 07:12

    blog bapak keren sekali baik penampilan apalagi isinya … senang bacanya …salam buat Pak Rustanto Insya Allah akan saya sampaikan, oya pak tentang PTK uda ada postingannya? trims

     
    • Zulmasri

      17 Agustus 2011 at 14:21

      Untuk PTK ada beberapa Bu, tapi punya kawan-kawan. Nggak mungkin saya posting.

       
  13. kun aina

    25 Februari 2014 at 14:17

    Hemmmm…, apa pun….poligami spt nya banyak memberi tambahan….tambahan mikir…hehehe…

     

Tinggalkan Balasan ke Zulmasri Batalkan balasan