RSS

Berilah Kail, Jangan Ikan

12 Mei

Berilah kail jangan ikan, karena dengan kail ikan bisa didapat berkali-kali.

Agaknya kalimat di atas tepat dialamatkan kepada pemerintah negeri ini. Kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan digulirkan pemerintah, dilabeli embel-embel bantuan langsung tunai (BLT) bagi kaum miskin merupakan kebijakan yang semu.

Secara kasat mata, memberi bantuan Rp100 ribu perbulan selama 3 bulan dengan menaikkan harga BBM bagi saya tindakan sarkastis. Apalah arti Rp100 ribu bila dalam kehidupan sehari-hari harga beras, lauk-pauk, sayur-mayur, minyak goreng, bumbu, dan sejenisnya harganya juga naik. Belum lagi kebutuhan anak sekolah seperti buku dan alat tulis, serta seragam juga naik. Di sisi lain ongkos transportasi, sabun mandi dan sabun cuci, susu dan makanan bayi, semua otomatis akan ikut naik. Maka BLT Rp100 ribu menjadi tiada bermakna di balik melambungnya harga-harga. Kalau demikian adakah menaikkan harga BBM dan kompensasi lewat BLT kebijakan yang benar-benar bijak?

Berilah kail, jangan ikan. Memberi ikan seekor dalam waktu 3 bulan akan habis begitu saja tanpa berbekas. Namun bila yang diberi kail, maka ikan bisa dicari dan didapat berkali-kali. Dan kail itu tidak lain adalah kesempatan berusaha, kesempatan memperbaiki nasib, kesempatan untuk bekerja dengan nyaman.

Menaikkan harga BBM adalah wujud kepanikan pimpinan kita. Dapat dibayangkan, bila pimpinan panik tentulah yang dipimpin akan lebih panik. Dan mereka yang dipimpin itu adalah kita, yang mereka sebut sebagai rakyat jelata.

 
19 Komentar

Ditulis oleh pada 12 Mei 2008 inci Lain-lain

 

Tag: , ,

19 responses to “Berilah Kail, Jangan Ikan

  1. sawali tuhusetya

    12 Mei 2008 at 21:34

    mestinya begitu, pak zul. masih ingat kejadian tahun lalu. banyak rakyat yang harus jadi korban karena mesti antre utk dapat bantuan itu. lebih bagus kalau pemerintah menyediakan lapangan kerja atau memberikan modal usaha yang cukup. uang segitu hanya habis utk beli sembako dan tidak membuat rakyat kreatif menciptakan lapangan kerja.

    …> setuju pak sawali. kasihan rakyat kecil, selalu jadi korban terparah

     
  2. realylife

    12 Mei 2008 at 22:30

    tul banget
    semoga ntar ngga panik2 lagi dech

     
  3. langitjiwa

    12 Mei 2008 at 23:04

    dgn diberinya BLT itukan sama saja pemerintah berjudi! artinya bisa sukses apa gak dgn rencana BLT itu,kenapa tdk berkaca pd pengalaman yg tahun2 lalu? dan apa bisa ini disebut suap secara halus oleh pemerintah kepada rakyatnya sendiri???

     
  4. Dilla

    13 Mei 2008 at 01:18

    Trnyata BLTnya Rp.100rb ya, Pak? Semoga tdk sampai ada korban yg tergencet, terinjak, pingsan, hingga mengorbankn nyawa demi BLT spt dulu

    Tp kalau rakyat rela berdesakan demi BLT, jg cerminan betapa beharganya uang segitu u mereka. Pdhl bagi kita kebanyakan, 100rb begitu mudah ludes di pasar atw mall.

    Pemerintah mmg tdk memberi kail, tp jangankan kail, mgkn kita juga kdg lupa u peduli dgn mereka. Sigh..

    …> setuju mbak dilla. Rp 100 rb tdk seberapa bagi sebagian orang, tapi bagi sebagian lainnya sangat berarti. BLT itu sendiri tdk mendidik, kalau mau dibagi juga mestinya tdk pada saat bbm mau naik.

     
  5. Ersis Warmandyah Abbas

    13 Mei 2008 at 07:18

    Tragadi yang selalu berulang bagi bangsa malang ini

    …> dan kemalangan yg selalu berulang pada rakyat akibat kepanikan pemerintahnya

     
  6. fisha17

    13 Mei 2008 at 09:32

    Negar kita ini termasuk hebat ya pak. Ngasih subsidi BBM atau BLT. Kalo di negara tetangga ktia Timor Leste, yang notabene baru merdeka ajah, kayaknya harga BBM dah standart internasional. Aku lupa haragae, sekitar hampir US$ 1. Memang harusnya kita dikasih kailnya. Tapi kalo aku gak biasa mancing ikan pak.. 😆 Kalo mancing gak pernah dapet2, dapet juga keciiiil bangetss. hihi

    …> komentarnya sarkastis juga ya mas…

    untuk urusan mancing, kapan mancing istri?

     
  7. tanahsirah

    13 Mei 2008 at 11:04

    Sebetulnya permasalahan negri ini sudah begitu komplek. disatu sisi pemerintah mesti mempertahankan anggaran negara agar roda pemerintahan dan pembangunan bisa terus jalan. Namun disisi lain pemerintah juga mesti memikirkan nasib rakyat akibat dampak kenaikan BBM tersebut. Ya ibarat buah simalakama…..

    …> betul uni. masalahnya pemerintah gak pernah tegas, penuh keraguan, dan tdk cepat tanggap. akibatnya rakyat pun kian terpuruk dg harga dan situasi tak menentu.

     
  8. yellashakti

    13 Mei 2008 at 11:09

    Beban penggunaan BBM harusnya dibebankan kepada pengguna BBM saja, kenaikan BBM sama saja dengan membebankan penggunaan BBM kepada seluruh rakyat, padahal gak semua pake BBM

    …> secara langsung mungkin mbak. secara tdk langsung pasti berkaitan satu dg lainnya

     
  9. yellashakti

    13 Mei 2008 at 11:15

    enakan ikan PAk daripada kailnya, kalo ikan bisa saya makan, kalo kail ikannya yang doyan,,hehe

    …> makna denotasi? wah, kalau makan ikan saya termasuk yg sangat menggemarinya.

     
  10. yellashakti

    13 Mei 2008 at 11:20

    enaknya ikannya dikukus terus dikasih irisan bawang merah dan cabe serta sedikit garam,,gimana?

    …> kalau sdh matang, saya siap… menghabiskan! kapan?

     
  11. desmeli

    13 Mei 2008 at 13:53

    bener nih pak makin miris dengernya…mudah-mudahan dengan kenaikan BBM kali ini tidak semakin banyak orang yang termotivasi untuk bunuh diri.Astaghfirullah hal azim…..

    …> bunuh diri? na’uzubillah… semoga nggak deh…

     
  12. azaxs

    13 Mei 2008 at 14:21

    Setuju mas! ini adalah pembodohan rakyat! knapa pemerintah kita senang kalau rakyatnya bodoh ya? aneh!! 😦

    …> iya mas. padahal pemerintah kita lulusan perguruan tinggi semua lho. kok tega membodohi…

     
  13. imoe

    13 Mei 2008 at 14:55

    siap-siap aja, masyarakat miskin kita jadi korban ketidak beresan pemerintah kita yang korup…mestinya uang korupsi bisa digunakan untuk subsidi BBM,….

    …> setuju pak imoe. tapi banyak kasus korupsi di negeri ini menguap begitu saja, nggak jelas penyelesaiannya

     
  14. putirenobaiak

    13 Mei 2008 at 15:59

    jangan2 itu hanya agar ada jalur utk ‘proyek’, menakutkan ya kebijakan 😦

    …> bagi pemda yg biasa nyelewengin dana, blt boleh jadi lahan proyek baru meiy

     
  15. wennyaulia

    13 Mei 2008 at 18:45

    mungkin maksudnya uang itu agar digunakan untuk modal usaha rakyat
    masalahnya, menurut saya, bukan itu yang semata dibutuhkan rakyat…mereka butuh pendampingan juga :mrgreen:

    …> bukan mbak wen. ucapan wapres sangat jelas, peruntukannya untuk keperluan sehari-hari. Rp100 rb perbulan untuk modal usaha apa mbak?

     
  16. ompiq

    13 Mei 2008 at 19:02

    dikasih ikan…tapi minyaknya habis. Masaknya pakai apa ya?
    tidak kuat lagi…..

    …> iya. makan mentah aja, akibatnya banyak yg sakit ya

     
  17. sastrosuwiryo

    13 Mei 2008 at 21:43

    Itu strategi mengurangi kemiskinan kan pak. Dengan berdesakan antri BLT, rakyat miskin bisa mati terinjak oleh yang lain. dengan begitu jumlah rakyat miskin berkurang.

    …> waduh, sarkastis banget pak. jadi bergidik membayanginya

     
  18. gama

    14 Mei 2008 at 11:15

    masalahnya kompleks sih, dikasih ikan, kalau mentalnya mentak kail, ikan kan bisa dijual untuk beli kail…. kita harus bangun mentalitas ‘kerja keras’, caranya…..

    …> iya juga sih, tapi kalau harga ikannya sangat murah, bagaimana mau beli kail?

     
  19. gajahkurus

    17 Mei 2008 at 12:23

    Diberi kail, tapi ikannya nggak ada. Repot juga ya 😀 Wong dikasih kail buat mancing, lha mau mancing apa kalo ikannya nggak ada. Emm….kalo di kota banyak sungai penuh sampah, saya sering lihat banyak orang mancing botol bekas, plastik bekas dll.

    …> bisa aja nih si mas. namun sektor tenaga kerja blm maksimal digarap pemerintah. buktinya jumlah pencari kerja tiap tahun selalu meningkat

     

Tinggalkan komentar