ketika suatu kali dalam hujan kita bercerita
ada mendung di matamu, kutahu itu
senja telah membuat kita larut
dan di kafe, es kelapa muda telah lama kita habiskan
dalam deru hujan kita sama menanti
entah apa; sesuatu yang tak pasti, barangkali
kita tak saling bicara, meski kita sama menginginkannya
dan mata kita senantiasa meninggalkan bayangan-bayangan
ketakutan, (atau mungkin ketidakpastian)
di luar masih hujan, desember yang lembab
dan murung. kita mendengar ada bisik-bisik
sepasang kekasih bicara dalam remang
mesra sekali. tiba-tiba kumerasa cemburu
suara musik itu; ah, mengapa kita jadi seperti ini
sama memanjakan diri dalam kekerasan hati
kita terbentur kata, meski dalam hati kita menggerutu
kafe tua; “menyebalkan!” umpatmu
hujan itu masih menjadikan kita terbelenggu
kita telah coba menyelami makna
tapi kita sama mengerti, perjalanan masih jauh
tanpa tahu, di mana perhentiannya
ridu
2 Desember 2008 at 19:17
wah.. kenangan di kafe pas hujan ya pak?? heheh
….> jawabnya singkat: iya. he he….
ifoell
2 Desember 2008 at 20:19
Pesan apakah yang ingin disampaikan..??
Aku mah salut ma kata2nya.. baca berulang ulang ngga kutemukan juga maknanya.. buntu kali otakku ya mengartikannya.. maklum.. bukan anak Sastra..he..he..he.. Nie posting bang… apa kabar..?
….> puisi erat kaitannya dg perasaan. begitu sulitkah mengupngkap ‘rasa’ yg ada di hati pak?
Daniel Mahendra
3 Desember 2008 at 04:46
Karena hujan tidak pernah mau tahu.
Selamanya ia ingin dianggap misteri bagi menusia.
….> meskipun begitu, hujan sering mewakili perasaan seorang anak manusia
artja
3 Desember 2008 at 17:09
hujan memang sering membuat belenggu
pada jalan yang ujungnya berakhir pada ketidakpastian,
tapi kadang hujan menyiramkan percik keberanian
agar kita tak saling menjadi batu
….> ini dia, pemaknaan yg paling pas. he he
marshmallow
3 Desember 2008 at 20:21
memang susah terjebak hujan saat hati juga tengah mendung. padahal hujan tak bisa dipastikan kapan berhentinya, seperti mendung di hati itu.
padahal kalau hati tengah bersinar cerah, sentuhan hujan bisa menciptakan pelangi yang indah.
*what am i talking about?*
….> tuh, uni makin memiliki kemampuan lebih menangkap makna yg muncul pada puisinya. mantap. kapan uni mau posting puisi sendiri?
musafak
4 Desember 2008 at 05:47
Sungguh di dalam hujan terdapat kedamaian mendalam
Sungguh di dalam hujan tersembunyi ketakutan yang mencekam
Sungguh di dalam hujan tersemai berjuta harapan
Sungguh di dalam hujan membayang selaksa keputusasaan
….> dan pada hujan, ada puisi. he he
catra
5 Desember 2008 at 15:49
hujan
karena hujan lah negeri kita ini subur tanahnya
karena hujan lah bandung selatan menjadi wisata banjir
karena hujan lah, rumah di sana tertimbun longsor
yang jelas hujan adalah simbol reski allah swt buat umatnya
Balisugar
5 Desember 2008 at 21:29
Hm…mampir baca-baca catatan penyair.
entahlah akupun sering menulis puisi tentang hujan.
Menyerapnya begitu nikmat jadi syair
qizink
8 Desember 2008 at 14:41
Selalu saja ada yang bisa dicatatkan saat hujan datang
Menik
10 Desember 2008 at 13:25
hujan…
jadi kangen sm suami nih Pak…
apa kabar Pak.. btw, saya dah pindah saung lho.. 🙂
*celingukan, di link dah ga ada* hehehe
Sawali Tuhusetya
12 Desember 2008 at 09:16
selal saja ada peristiwa di bulan desember yang layak dicatat dalam catatan harian, pak zul. hujan, penantian, dan suara2 musik yang menyayat itu makin menambah suasana desember jadi kelam dan kelabu. semoga pak zul justru sebaliknya. selalu saja ada kebahagiaan yang datang di bulan desember.
goenoeng
12 Desember 2008 at 13:43
perjalanan memang masih jauh, mas Zul.
mungkin sebaiknya kita menikmati hujan bukan dengan kemurungan.
mungkin sudah saatnya kita menikmati keelokannya, mendengar melodi tetesannya….
perjalanan memang masih jauh, mas Zul.
helalah nafas panjang, agar sesak itu tak membelenggu…
mari kita lanjutkan yang sempat terhenti…
suhadinet
12 Desember 2008 at 20:34
Kenapa tak bersatu dengan hujan dan memesrakan jiwa-jiwa yang angkuh?
*komentar gak fokus!
style
13 Desember 2008 at 21:58
Уж тоже спасибо скажу!
budarnik
14 Desember 2008 at 16:01
С точки зрения бональной эрудиции – сделано граммотно!
komuter
14 Desember 2008 at 18:18
bersabarlah
Cah Sholeh
14 Desember 2008 at 20:42
puisinya bagus, gambarnya juga keren banget…
*maaf, lama tidak berkunjung…
Daniel Mahendra
14 Desember 2008 at 22:27
Mas Zul, kemana saja… Sehat-sehat saja kah?
arifrahmanlubis
20 Desember 2008 at 10:42
ketika suatu kali dalam hujan..judulnya pun sudah sendu.
apa kabar pak?
BatMan
23 Desember 2008 at 03:12
Мне показалось,что слабо.
milono
5 Juli 2010 at 13:04
Jadi ingat pekalongan….
hmmm….